Perawan Kedua
Mungkin kita akan dibuat
bingung dan bertanya-tanya ketika membaca judul buku yang ingin saya
review.
Judul buku
: Perawan Kedua
Penulis
: Lizha Nurkamiden
Proofreader
: Anjar Lembayung
Desain sampul : Mei Lee
Tata letak
: Tim AE
Cetakan pertama, Oktober 2018
Memang ada ya perawan kedua?
Seperti itu yang terlontar dari Pak suami ketika saya menyodorkan naskah mentah
dari Seorang Penulis Senior dan berprestasi di Provinsi Gorontalo. Naskah
mentah? Yap, saya menjadi pembaca pertama karyanya Kak Lizha Nurkamiden sebelum
diterbitkan oleh AEPublishing.
Pada bab 14 “Adat
yang melayukan kembang”
Kain putih perawan. Selama 27 tahun menjadi
masyrakat asli Gorontalo, jujur ini pertama kali saya mengenal lebih dalam
tentang filosofi yang terkandung pada acara adati pernikahan hulondalo,
ternyata ada istilah Kain putih perawan. Pesan yang saya dapat dari bab ini
adalah meletakkan kehormatan perempuan itu adalah sesuatu yang
mutlak.
Pada awal bab saya sempat
menyimpulkan pasti bab selanjutnya saya akan disuguhi keunikah budaya dan adat
istiadat yang memuat banyak ilmu pengetahuan, tapi ternyata lebih dari itu.
Penulis berhasil menjebak saya diatas pergulatan rasa yang sesak .
Bayangkan saja, saya sangat merasakan betapa gegananya seorang Lany yang
mengutuk dirinya soal kehormatan, dan perihnya lagi lelaki itu telah membuka
ruang untuknya ke pelaminan, tetapi karena soal kehormatan yang
dijunjung tinggi ,ceritanya malah membuat saya teriris. Bagi saya ini
adalah balasan perempuan yang tak pandai menjaga kehormatan diri pada masa
lalunya.
Hingga akhirnya hanya kata seandainya itu yang mengantarkan
Lany pulang bersama napas yang meremukan hati.
Seandainya…. seandainya..
seandainya..
Seandainya
yang paling gila, seandainya perawan kedua itu ada.
Akankah
jarak Ahsan dan Lany memungkinkan untuk bersatu lagi?
***
Buku
ini banyak membuka wawasan dan pelajaran filosofi pernikahan bagi saya, selaku
warga Gorontalo. Dan sangat recommended dibaca
bagi para remaja, khususnya yang sedang bergulat dengan identitas dirinya. Dan
sangat wajib dicerna oleh perempuan dan pria yang berniat membangun mitsaqon
ghaliza dalam berumah tangga.
23 komentar
Seru banget, ya ceritanya. Jadi pengen baca novelnya.
REPLYBuku ini sepertinya layak dibaca perempuan ya mbak....kisahnya menarik
REPLYWah berarti buku ini cocok buat saya mbak, yang sedang bergulat dengan identitas diri hheehehehe
REPLYIndonesia memang kaya dengan filosofi budaya masing-masing daerah yang tidak dimiliki daerah lain. Saya juga baru dengar filosofi seperti ini dan memang sebaiknya kita sebagai penulis untuk ikut mengangkat dan memperkenalkan filosofi daerah masing-masing.
REPLYWow. Keren nih mbak Muti. Selamat ya
REPLYXixix ini bukan karya saya Mbak bety 😂..
REPLYAnyway makasih yaa
Tepat sekali mbak..
REPLYSalah satu cara kita menjaga adat daerah kita yakni dngn mengabadikannya lewat aksara..
Seperti pada novel ini
Wah iya yaa?
REPLYMonggo mbak kalau mau pesan 😂
Terimakasih mbak Yuni
REPLYSilahkan mbak..
REPLYBisa pesan langsung ke Penulisnya atau link di bawah
Wah baru tau ada tradisi dan adat seperti ini. Nice sharing mbaa
REPLYMakasih sharenya Mbak, jadi penasaran 😊
REPLYIndonesia memang kaya adat istiadat.keren..
REPLYMaasyaa allah..
REPLYSelamat buat kak lizha nurkamiden dan semoga muthy juga bisa bertelur prestasi lagi yah. Semakin bertambah dan bertambah terus ilmunya serta jangan lupa share yah ke pelajar seperti ana😁 ana selalu menantikan muthy juga bisa punya buku karya sendiri😍😍😘😘
Seandainya....
REPLYYa, seandainya ada perawan kedua ya, mba 😄
Wooo ya ya pernah baca juga tentang tradisi ini di negara lain. Great posting mb!
REPLYmbak jadi pengin baca bukunya
REPLYkayaknya bagus....
Bukunya bagus bangget,, Apalagi di era pergaulan bebas sekarang ini wanita memang harus lebih menjaga kehormatannya
REPLYThanks for share 😊
Perawan ke-2..
REPLYSeperti apa yaa? Penasaran dengan isi bukunya.
Judulnya menarik. Perawan kedua ini perandaian dari kisah cinta yang terkekang adat. Jadi penasaran. Hehe
REPLYNgedapetinny gmn mb
REPLYBeliny mksdny
Pengen bacaaa...
REPLYKeren ya, sha selalu tertarik dengan adat-adat pernikahan. Kenapa ini harus begini kenapa harus begitu, dan filosofinya di tengah-tengah ke modern.an :)
REPLY