Salah Dia Apa?
***
“Kerena hidup itu indah, maka aku bisa menangis sepuas-puasnya”.Kalimat ini menjadi prolog dari seorang Sastrawan dan Penulis Indonesia yang lahir di Surabaya, 2 Januari 1960. Yanusa Nugroho.
Ada yang kenal beliau?
Seorang pecandu sastra tentu nama ini sudah tidak asing lagi. Beliau adalah Tokoh Sastra Indonesia yang sangat piawai meracik kata menjadi sebuah paragon hingga melahirkan sesuatu yang istimewa untuk diambil saripatinya.
Hari ini Kamis, 8 november 2018 saya sedang menikmati suguhan materi dan dialog literasi yang dihadiri para penulis senior, diantaranya ada Mas Jamil massa dan Bunda Darmawati. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Gorontalo. Saya duduk paling depan mencermati setiap pesan berharga yang mereka tularkan.
***
Bagi Seorang Yanusa Nugroho, hidup adalah rangkaian paradoks yang
ia rangkum dalam karya sastra sehingga bisa melahirkan nilai. Gayanya yang khas menghipnotis seluruh peserta tentang makna
menulis yang sebenarnya dan bagaimana menuangkan cerita dalam sebuah karya sastra.
Selanjutnya beliau menekankan kepada para penulis bahwa ide itu asalnya
dari Tuhan. Jadi, penulis itu tidak boleh sombong dengan tidak mengakui itu.
Dan Penulis yang gagal adalah penulis yang tidak menguasai diksi dan bahasa
Indonesia dengan baik.
Beliau adalah Sastrwan
Indonesia yang selalu menulis apa saja yang ada di benaknya dan tak segan
menembus batas nilai-nilai yang dapat membelenggunya dari kreativitas. Asalkan
itu memberikan bekas.
Hal yang paling
berkesan menurut saya adalah ketika beliau menceritakan bagaimana terinspirasi menulis cerpennya yang
berjudul “Anjing”.
Ternyata cerita itu lahir dari perenungan panjang ketika Ibundanya digigit anjing.
Jadi ceritanya begini. Di sebuah desa yang
sangat kental ruh betawinya, ada sekolompok orang yang sehari-hari taat pada
agamanya tapi sangat murka dengan anjing, saking murkanya mereka beramai-ramai membunuh dengan sadis.
Hingga pada suatu hari ibunda dari Pak Yanusa Nugroho sedang kebingungan melihat
tatapan anjing di sudut pohon, rupanya anjing itu berhasil dari amukan masa.
“Ada apa denganmu? Kenapa badanmu berdarah?” Ibunya berinisiatif memberikan makanan pada hewan yang rupanya sedang ketakutan.
“Ini makanan untukmu”. Kata ibunda kepada anjing dengan dialeg khas Jawa timur .
Satu detik, dua detik, tiga detik , anjing itu tiba-tiba menarik tangan ibunda Mas Yanusa Nugroho.
“Ada apa denganmu? Kenapa badanmu berdarah?” Ibunya berinisiatif memberikan makanan pada hewan yang rupanya sedang ketakutan.
“Ini makanan untukmu”. Kata ibunda kepada anjing dengan dialeg khas Jawa timur .
Satu detik, dua detik, tiga detik , anjing itu tiba-tiba menarik tangan ibunda Mas Yanusa Nugroho.
Dengan ganasnya anjing itu mencakar dengan amarah ,mengalirlah darah.
Bisa dibayangkan bagaimana cakar anjing yang lebih tumpul, tebal dan berwarna hitam?
Bisa dibayangkan bagaimana cakar anjing yang lebih tumpul, tebal dan berwarna hitam?
“Aku terluka!" Tatap anjing sangat nanar tanpa ampun
kepada ibunda.
Ibunya menangis semalam. Tangannya sakit hingga
diperban. Ibu sakit nak, sakit! Tapi bukan sakit itu, bukan sakit karena gigitan
anjing, ibu sakit karena ulah manusia-manusia yang paham agama kok tega
membunuh anjing yang tak berdosa? Salah dia apa? Dia tak pernah menggagu aktivitas
mereka, lalu kenapa mereka melukainya?
Akhirnya Mas Yanusa terdiam lebih lama, beliau tak menjawab
pertanyaan ibundanya. Ia merenung dan berlari bersama imajinasinya untuk
menuangkan sebuah cerita tentang anjing, dunia anjing dan segala tentangnya.
Awalnya banyak pembaca berfikir Pak Yanusa dan Ibunya adalah pemelihara anjing. Ternyata tidak. Beliau
sangat takut dengan anjing. Anaknya saja ingin sekali memiliki seekor anjing di
rumah, tapi tak diamini karena beliau paham dalam agama Islam tak boleh
memelihara anjing dalam rumah. Pak Yanusa Nugroho meracik tulisan ironi nya dengan bentuk protes kepada realita
yang terjadi pada ibunya.
***
Beliau juga menjelaskan bagaimana konflik-konflik
lingkungan, perang batin seorang Yanusa sebagai seorang muslim yang paham agama
harus dihadapkan dengan tuntutan kerja untuk menulis iklan yang kontra dengan
apa yang diyakininya. Kegelisahannya itu ternyata melahirkan cerpen –cerpen berkualitas atas perang batin antara pekerjaannya sebagai Penulis naskah iklan.
“Saya pernah masuk
rumah sakit karena stress, mandeg ketika sudah tak punya bahan untuk menulis
iklan, bayangkan sehari saya harus menulis iklan dari berbagai client, saya dituntut harus menulis iklan tentang BIR ; minuman
memabukan itu, sementara saya tak pernah meminumnya bahkan berniat menyentuhnya”
Ungkapnya.
Padatnya kerja dalam menulis
iklan, beliau justru melahirkan karya-karya sastra yang tak perlu ditanya
kehebatannya.
Karya cerpennya banyak dimuat di berbagai media massa,
seperti Kompas,Matra,Suara Pembaruan, Media Indonesia, Koran Tempo, Suara
Merdeka, Republika, Femina, Amanah, Noor, dan Ayahbunda.
Cerpen
- Bulan Bugil Bulat (1989)
- Cerita di Daun Tal (1992)
- Menggenggam Petir (1996)
- Segulung Cerita Tua (2002)
- Kuda Kayu Bersayap (2004)
- Tamu dari Paris (2005)
- Setubuh Seribu Mawar (2013)
- Cerpen yang dibukukan bersama sastrawan lain:
- Di dalam Kado Istimewa (1992)
- Lampor (1994)
- Laki-Laki yang Kawin dengan Peri (1995)
- Mata yang Indah (2001)
- Jejak Tanah (2002)
- Sepi pun Menari di Tepi Hari (2004)
- Kurma (2003)
- China Moon (2003)
Novel
- Di Batas Angin (2003)
- Manyura (2004)
- Boma (2005)
Penghargaan
- Penghargaan Multatuli dari Radio Nederland Belanda untuk karyanya, Kunang-Kunang Kuning (1987)
- Nominator Hadiah Sastra Katulistiwa Literary Awards untuk kumpulan cerpennya, Segulung Cerita Tua
- Anugerah Kebudayaan dari Mentri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia untuk karyanya, Wening (2006)
- Penghargaan Sastra dari Pusat Bahasa untuk novelnya, Boma (2007)
- Penghargaaan Kesetiaan berkarya dari harian umum Kompas pada acara perhelatan Anugerah cerpen Kompas di Bentara Budaya Jakarta
- Cerpen terbaik pilihan Kompas untuk cerpen Salawat Dedaunan (2012)
27 komentar
seorang penulis, menginspirasi banyak orang tugas yang mulia ya mbak. Semoga di mudahkan untuk belajar dan terus belajar menulis.aamiin
REPLYMenjadi penulis memang tak mudah. Dengan kekuatan tulisannya, ia mampu mengubah yang baik menjadi jahat dan yang jahat menjadi baik. Semoga tulisan-tulisan yang telah kita goreskan menjadi rangkaian kata, kelak menjadi pemberat amal kita bukan justru sebaliknya. Aamiin.
REPLYAaamiin aamiin...
REPLYBener ya mbak.. satu kata yg kita tulis akan dimintai pertanggungjawaban di akherat
Aamiin makasih mbak Aini
REPLYAh keren..Aku suka Yg bagian beliau mengalami konflik batin sbg seorang Muslim Saat haRus Menulis ttg bir.. mengingatman Saya bahwa seorang penulis ITU harus puNya idealisme tentunya bersumber dari syariat Yg Allah sudah tetapkan
REPLYKereeen ... Karyanya pun sepertinya kece.
REPLYAku baru tau tentang pak Yanusa Nugroho ini mba, jadi langsung buru-buru kepo. Dan aku tersentuh banget tentang ide itu lahir dari Tuhan
REPLYSaya sangat terinspirasi dengan penulis yang punya pendirian dan ciri khas tetapi juga begitu bebas dengan pemikirannya. Terima kasih sudah mengenalkan beliau
REPLYSampai sekarang saya gak berani bilang saya penulis karena semua ide yang saya punya bukan milik saya. Saya cuma perantara.
REPLYkeren banget, cuuss cari tulisan Pak Yanusa di internet
REPLYbenar2 seorang penulis yang handal.. bermodal dari kejadian yang pernah ia alami, beliau mampu menuliskan ide2 hebat. satu hal yg dpt saya ambil hikmah dari perenungan beliau, FOKUS. keren!
REPLYKeren. Suka kalimat pembuknya. Hidup itu Indah maka aku akan menangis sepuas-puasnya. Tulisan yang bagus, Mbak.
REPLYKeren ya Mbak Muti
REPLYMakasih ya
REPLYMatur nuwun mbak bety
REPLYMkasih mbak
REPLYHhi iya mbak bnyak cerpennya di internet
REPLYKeren mbak.. MaasyaaAllah
REPLYExactly mbak ..
REPLYSepakaat
Makasiih
REPLYIya mbak.. kembali kasih..
REPLYThank ya udah mampir
Hhi..
REPLYAlhamdulillah jika tulisan ini membantu mengenalkan sastrawan Indonesia
Saya baru kenal namanya di sini. Sepertinya, beliau sosok sastrawan yang cerdas dan bijaksana ya...
REPLYAku jadi penasaran pengen baca cerpen ya kakak sebutin xD
REPLYJadi penulis memang tidak boleh sombong. Karena hanya Tuhan yang boleh sombong. Keren lah si bapak satu ini.
REPLYMaa syaa Allah
REPLYDiingatkan lg
Apa yg kita tulis akan dipertanggungjwbkn
Makasih y mb
Menghadiri acara seminar sastra emang seru. Apalagi pematerinya keren-keren. Beberapa Minggu yang lalu, saya juga baru menghadiri acara sastra~
REPLY